TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com- Sebuah komplek makam peninggalan masa kerajaan Riau-Lingga di pulau Penyengat, kota Tanjungpinang kondisinya sangat memprihatinkan.

Banyak semak belukar telah menyelimuti makam-makam peninggalan sejarah, terutama makam raja Ahmad Thabib.

Sejumlah pemuda yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) Kepulauan Riau, Selasa (10/11/2020) siang kemaren menyambangi lokasi makam untuk berziarah.

Salah seorang pengurus Hima Persis Kepri, Rama mengatakan kunjungan ke pulau penyengat atau pulau perdamaian itu guna mempelajari dan mengupas kembali catatan historis serta mencari tahu keberadaan dari keturunan para Raja-raja Riau-Lingga di Penyengat.

“Setelah melakukan pertemuan dan diskusi bersama dengan para leluhur di Pulau Penyengat, kami bersama pengurus Hima Persis Kepri lainnya langsung mencari keberadaan makam dari Raja Ahmad Thabib, konon beliau adalah dokter yang terkenal dari Penyengat pada masa dulu sehingga namanya diadopsi oleh salah satu rumah sakit terbesar yang berada di Kepulauan Riau,” kata Rama

Menurut Rama, kondisi makam Raja Ahmad Thabib sangat memprihatinkan bagi siapapun yang melihatnya.

Dikatakan Rama, makam seorang pahlawan bagi negeri bertuah ini, sangat sulit dikenali karena tidak adanya papan informasi seperti makam-makam yang lain.

“Raja Ahmad Thabib bin Raja Hasan bin Raja Ali Haji adalah seorang ulama dan tabib (dokter). Beliau adalah cucu dari Raja Ali Haji. Ayahnya adalah Raja Hasan putra dari Raja Ali Haji. Ibunya adalah Raja Maimunah, puteri Raja Abdullah atau al-Marhum Mursyid Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga ke IX. Berdasarkan tulisan (catatan) Raja Muhammad Yunus Ahmad, disebutkan bahwa Raja Ahmad Thabib lahir tahun 1282 H/1865 M di Pulau Penyengat Indera Sakti,” ucap Rama.

Rama berharap seharusnnya ini menjadi perhatian dari pemerintah, yang mana nama tersebut digunakan dalam penamaan salah satu rumah sakit terbesar di provinsi Kepulauan Riau.

Selain itu Kader Hima Persis Kepri, Angga Hardika juga menyebutkan bangunan rumah sakit yang megah tidak sebanding dengan makam yang namanya digunakan untuk penamaan gedung tersebut.

“Setidak nya ada perhatian agar terawat dan tidak terbengkalai begitu saja. Ini sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk memperhatikan makam tersebut. Berdasarkan penyelusuran dari beberapa tokoh masyarakat sudah beberapa kali melakukan permohonan kepada pemerintah namun, kandas dan tidak terlealisasi,” ujarnya.

Maka dari itu, masyarakat dan tokoh adat setempat melalui Raja Ibrahim yang merupakan keturunan ke 7 dari Raja Haji Fisabilillah, meminta kepada Hima Persis untuk turut serta menyuarakan hal ini agar pemerintah mendengar dan mengambil sikap terkait hal ini.

“Hima Persis Kepulauan Riau (PW HIMA PERSIS KEPRI) telah menyurati Dinas Kebudayaan untuk melakukan audiensi dengan tujuan mempertanyakan perihal tersebut kenapa hal ini bisa terjadi. Makam dan nama tersebut adalah nilai budaya bagi tanah Melayu. Untuk itu hal ini harus terus diangkat agar dapat diambil kebijaksanaan sebagaimana mestinya,” tutur Angga.

Penulis: Hairi
Editor: Taufik. K

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here