ROHIL, SIJORITODAY.com – Dinas Kesehatan Rokan Hilir berkolaborasi dengan Bappeda Rohil untuk melakukan intervensi sensitif stunting.
Intervensi sensitif ini untuk mempercepat penurunan angka stunting di Rohil. Apalagi, stunting ini telah menjadi kegiatan strategis nasional yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
Intervensi dilaksanakan mulai dari pengukuran gizi dan berat badan anak, biasanya stunting terjadi mulai dari 100 hari kehidupan dalam rahim hingga berumur tiga tahun pasca kelahiran.
“Stunting ini adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang di sebabkan karena kurang kalori, kekurangan gizi secara kronis secara berulang-ulang,” kata Plt Kadinkes Rohil Ahmad Yusuf, Selasa (24/8/2021).
Secara fisik, anak yang mengalami stunting terlihat lebih kerdil, keadaan ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak.
Untuk mencegah stunting sejak dini, Dinkes akan mendata dan memantau seluruh ibu hamil hingga anak berusia lima tahun (Balita).
Saat rapat bersama Bupati Rohil Afrizal Sintong, Ketua PKK Sanimar Afrizal, Ketua DPRD Maston, Sekda, Camat, Lurah dan Penghulu. Dinkes telah menetapkan Desa yang menjadi lokus intervensi sensitif stunting.
“Fermentasinya kecil sehingga mereka tidak menjadikan Desa lokus, tapi penanganan stunting perlu kita ingat bukan hanya kepada Desa atau Kepenghuluan lokus aja,” terang Ahmad.
Seluruh Puskesmas diminta untuk berperan menangani stunting dengan mengukur tinggi badan dan pemberian makanan tambahan untuk bayi.
Pencegahan stunting ini turut disokong oleh dana Desa, Pemdes diminta menyediakan anggaran untuk pemberian makanan tambahan bayi.
“Dana desa berkewajiban dalam penanganan stunting mungkin melakukan inovasi terhadap pemberian makan tambahan juga untuk kegiatan-kegiatan sosial lainnya,” ungkapnya.
Selain itu, intervensi sensitif juga dilakukan dengan penyediaan sanitasi air bersih dan sehat oleh Dinas Perkim Rohil.
(Donald)
Editor: Nuel