ANAMBAS,SIJORITODAY.com – Para pelaku usaha di Kabupaten Kepulauan Anambas menemukan dugaan monopoli tol laut yang dilakukan oleh oknum PT Pelayaran Indonesia (Pelni). Pasalnya, ada pengurangan isi muatan pada container reefer (kontainer pendingin).
Salah satu pengusaha daging ayam beku, A mengatakan, jatah kontainer pendingin untuk Kabupaten Kepulauan Anambas sebanyak tiga unit. Namun sempat diberi satu unit kontainer pendingin lantaran dua unit lainnya dialihkan ke Natuna.
“Setelah sempat dialihkan, kini sudah normal lagi tapi sekarang isi muatan tidak penuh semua. Awalnya tiga kontainer bermuatan penuh, sekarang tidak penuh. Sehingga seharusnya bisa muat maksimal, jadi berkurang,” ujarnya, Kamis (1/6/2023).
Menurutnya, pengurangan muatan isi kontainer pendingin itu diduga dilakukan sebelum berlabuh di Pelabuhan Tarempa.
Hal ini semakin memperkuat dugaan adanya unsur manipulasi dan monopoli terhadap kontainer pendingin pada program tol laut.
“Ini ada unsur manipulasi dan monopoli. Kami menerima informasi kalau dikurangi di pelabuhan sebelumya,” katanya.
Ia menjelaskan, satu unit kontainer pendingin bisa menampung 14,5 ton daging ayam beku. Namun akibat adanya masalah tersebut, pengiriman komoditi itu menjadi berkurang sehingga merugikan pelaku usaha dan masyarakat.
Selain itu, para pelaku usaha di Kepulauan Anambas juga sering mengalami cancel booking atau pembatalan pesanan di PT Pelni. Padahal pihaknya tidak pernah membatalkan pemesanan dalam tol laut.
“Kami juga sudah ikuti prosedur yang diarahkan untuk booking kontainer pendingin itu tapi tiba-tiba dibatalkan. Sepertinya sengaja dilakukan agar kami tidak bisa mendapatkan banyak daging ayam. Ini berimbas juga pada masyarakat,” tuturnya.
Hal senada juga dialami oleh Wahyudin, salah satu pengusaha cumi di Kepulauan Anambas. Ia tidak bisa mengirimkan cumi ke Jakarta.
“Anambas ini banyak manipulasi. Kami pengusaha kecil tapi sering dijegal. Ada oknum Pelni yang bermain disini,” katanya.
Ia memaparkan, pihaknya pernah memesan kontainer pendingin untuk pengiriman cumi. Namun tiba-tiba dibatalkan oleh oknum secara sendiri.
“Anehnya lagi, kami sudah bayar tapi tidak dapat kontainer. Dibatalkan oknum secara sepihak. Padahal saya diurutan pertama untuk mendapatkan kontainer itu,” pungkasnya.
Para pelaku usaha di Kepulauan Anambas berharap adanya keadilan dalam sistem pemesanan pada program tol laut.
Penulis: Evan
Editor: Nuel