TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Gubernur Kepulauan Riau, Ansar Ahmad mengatakan akan bekerja sama dengan daerah penghasil untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya beras.
Ansar menuturkan, kerja sama dengan daerah penghasil lebih efisien dibandingkan membuka lahan pertanian baru di Kepri.
Itu bukan tanpa alasan, apalagi kondisi tanah di Kepri kurang cocok untuk bercocok tanam.
“Kalau kita memproduksi sesuatu dan nilainya kecil, kenapa kita tidak bekerja sama dengan Kabupaten/kota lainnya,” katanya, Jum’at (15/9/2023).
Ansar menerangkan, semasa menjabat Bupati Bintan dua periode, ia pernah membagikan bantuan polybag berisikan padi kepada warga.
Bantuan ini diharapkan dapat menjadi cikal bakal swasembada pangan di Bintan. Namun, anggaran yang dikeluarkan tidak sebanding dengan produksi panen.
“Saya juga pengalaman di Bintan kita bagikan padi polybag, hasilnya ada tapi high cost. APBD itu kan harus kita gunakan efisien,” terangnya.
Kendati demikian, Mantan Anggota Komisi V DPR itu memastikan akan tetap mengembangkan lahan pertanian yang sudah ada.
“Ini ada beberapa titik yang selama ini digunakan untuk memproduksi padi dan itu kita ekstensifikasi. Di Dabo Singkep itu ada 40 hektar padi,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin meminta pemerintah memperbanyak lahan-lahan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Wahyu mengatakan, pemerintah dapat mendata lahan-lahan terlantar agar dimanfaatkan untuk lahan pertanian.
Nantinya, para petani binaan pemerintah akan ditempatkan untuk memanfaatkan lahan dan diberikan pendampingan serta bantuan modal dan bibit.
Ini sebagai upaya mewujudkan Kepri swasembada pangan, khususnya beras. Menurut BPS, beras merupakan salah komoditas penyumbang inflasi.
“Agar supaya harga stabil, Kepri harusnya punya lumbung pangan,” katanya, Jum’at (15/9/2023).
Politisi PKS itu menerangkan, hasil panen para petani ini nantinya akan ditampung oleh BUMD Kepri.
Hasil panen akan digunakan untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok di pasaran.
“BUMD harus punya gudang pangan sendiri dan menampung hasil panen untuk disalurkan ke masyarakat sebagai komoditas pembanding,” terangnya.
Sebelumnya, Kepala Bulog Cabang Tanjungpinang, Meizarani membeberkan penyebab naiknya harga beras.
Meizarani mengatakan, kenaikan harga beras disebabkan menurunnya produksi beras dan mahalnya harga gabah.
“Karena produksinya menurun dan harga gabah di petani naik jadi Rp7.000 per kilogram,” katanya, Selasa (12/9/2023).
Selain itu, pasokan di dalam negeri juga berkurang imbas kebijakan penghentian ekspor oleh negara penghasil beras seperti India.
“Selain itu ada juga pelarangan ekspor dari beberapa negara lain seperti India,” ujarnya.
Dosen STIE Pembangunan Tanjungpinang, Indra Bastian Tahir mengatakan, kenaikan harga beras bisa memicu inflasi.
“Kenaikan harga beras memang dapat menyebabkan inflasi walaupun kontribusi kenaikan beras hanya berkontribusi 0,04-0,08 persen untuk seluruh komoditas inflasi,” katanya, Kamis (14/9/2023) siang.
Indra menambahkan, untuk mencegah inflasi, pemerintah perlu melakukan intervensi dengan operasi pasar.
Operasi pasar juga harus disertai dengan pengawasan dan sanksi bagi distributor yang menaikkan harga dan menimbun beras.
“Pemerintah dapat menggelar operasi pasar bersama Bulog untuk menjaga supply chain beras agar harga tetap stabil dan untuk menindak para distributor dan retiler yang menaikkan harga beras,” tambahnya.
Penulis: Nuel