Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Riau berbagi tali asih di Rumah Bahagia Bintan, Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Kamis (8/2/2024). F:Sijoritoday.com/Humas PWI Kepri

TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepulauan Riau berbagi tali asih di Rumah Bahagia Bintan, Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau, Kamis (8/2/2024).

Kegiatan ini juga bersempena dengan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari 2024.

Diketahui, Rumah Bahagia Bintan sudah 17 tahun beroperasi dan tepatnya pada tanggal 17 Januari 2024 rumah bahagia Bintan berusia 17 tahun. Dewi Kumalasari selaku pembina dari terbangun nya rumah Bahagia Bintan.

Kisah nenek Embun usianya sudah mencapai 91 tahun dan sudah berada di rumah bahagia selama 17 tahun asal dari Tembeling.

Bisa sampai dan tinggal di rumah bahagia Bintan ini, dijemput karena tinggal sendiri dan suaminya meninggal dunia serta miliki anak yang hidupnya pra sejahtera.

Ketua Harian Rumah Bahagia Bintan, Mariani mengatakan, ada 40 orang penghuni rumah Bahagia terdiri dari 20 kakek dan 20 nenek.

Ada cerita lucu dan duka di rumah bahagia ini salah satunya ketemu jodoh di hari tua dan di nikahkan di rumah bahagia Bintan.

“Namun tidak gampang berada di rumah ini tapi kami berusaha bahagia di rumah ini,” katanya.

Kegiatan rutin para lansia yaitu Senam setiap pagi, sarapan dan sekolah belajar wirid dan baca ayat ayat pendek ada juga kerajinan yang dilakukan setiap hari Kamis.

“Semua kegiatan dan kerajinan dilakukan semampu kami seperti menanam Rosella dan membuat keset kaki. Namun kini tidak dilanjutkan lagi karena kemampuan dan kondisi tidak sesuai misalnya bahan kain yang dibawa dari Batam tidak bisa lagi,” ujarnya.

Kedatangan rombongan PWI Kepri disambut Kompang dengan mengalunkan lagu sholawat Busro. Serta tampilan Nek juriah yang sudah berusia 74 tahun dan sudah 11 tahun tinggal di Rumah Bahagia Bintan menyampaikan pantun dan puisi.

Sebait puisi yang terdengar sayup sayup namun menusuk kalbu, “Dimana mereka yang ku timang timang dahulu” membuat rombongan meneteskan air mata.

Layak atau tidak nya nenek dan kakek masuk di sini berdasarkan surat pengantar Dinsos dan surat Keterangan dari RT dan RW setempat. Seperti nek Sanam usia 64 tahun Warga Tuapaya tinggal bersama suaminya yang lansia namun sudah meninggal dunia dan hidup bersama anak yang tuna rungu. Dibawa ke Rumah Bahagia Bintan, sudah 10 tahun tinggal di rumah bahagia bintan.

“Disini kami saling bahu membahu rencana kegiatan lainnya kami akan jalan jalan untuk menghilangkan kejenuhan. Bahkan yang sudah meninggal dunia berjumlah ratusan orang disini,” jelasnya.

Terkait kesulitan yang dialami di rumah bahagia kalau makan tidak ada karena setiap bulannya di bantu oleh dinsos pemkab Bintan dan bantuan seperti Pampers, susu dan lainnya dari donatur tidak tetap.

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here