TANJUNGPINANG, SIJORITODAY.com – Kabag P3AP2KB Kepemudaan dan Olahraga Biro Kesra Setdaprov Kepri Afitri Susanti angkat bicara soal menurunnya norma kesopanan siswa setelah belajar daring.
Menurutnya, belajar daring selama dua tahun sangat berpengaruh terhadap menurunnya etika siswa kepada guru dan teman sekolahnya.
Belajar tatap muka yang kembali dilaksanakan menjadikan siswa merasa canggung, ini tampak pada siswa yang kurang percaya diri mengikuti pembelajaran dan kurang sopan saat berada di lingkungan sekolah.
Penerapan protokol kesehatan wajib memakai masker dan tidak boleh berjabat tangan juga menjadi salah satu faktor penyumbang.
Prokes ini menyebabkan etika menghormati guru tergerus oleh kebiasaan baru di era pandemi Covid-19.
“Pandemi ini merubah tatanan budaya dan etika kita, yang tadinya bersalaman sekarang tidak boleh, yang tadinya tersenyum dan terlihat senyuman lebar dan gigi sekarang sudah tidak dapat terlihat, sehingga kebiasaan-kebiasaan menghormati orang yang lebih tua menjadi tergerus oleh kebiasaan baru, tentu saja harus kita patuhi,” katanya, Senin (13/11/2021).
Apalagi kata Afitri, belajar daring membuat siswa terlalu sering bermain HP sehingga berdampak terhadap kurangnya rasa tanggung jawab di sekolah seperti banyak main game dan kurang merespon mata pelajaran yang diberikan guru.
“Terlalu sering menggunakan hp dan bermain game dan selama ini kita pembelajaran daring terkada cuma terlihat fotonya saja tapi anaknya tidur atau bermain game, pakaiannya bagian atas seragam tapi bawahanya bebas hal ini juga memperlihatkan kurangnya menghargai diri sendiri,” tambahnya.
Ia menambahkan, untuk memulihkan kondisi ini, peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan pendidikan moral dan etika kesopanan apalagi 75 persen kepribadian seseorang dipengaruhi pola asuh dan lingkungan.
“Etika ini diawali dari rumah diawali dari pola asuh, menurut penelitian, menurut penelitian psikologi pola asuh dan lingkungan mempengaruhi 75 persen kepribadian seseorang, “tuturnya.
(Helen)
Editor: Nuel