BATAM,SIJORITIDAY.com – Inflasi masih menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Kepri, khususnya Kota Tanjungpinang.
Bagaimana tidak, sebagian besar wilayah Kota Tanjungpinang merupakan bekas tambang bauksit yang tidak subur.
Kondisi tanah itu pun membuat tanaman hortikultura seperti cabai dan sayur-sayuran sulit untuk dibudidayakan.
Ini pun berdampak terhadap minimnya pasokan dan tidak bisa memenuhi kebutuhan warga Tanjungpinang.
Komoditas dari luar Kepri pun terpaksa didatangkan untuk memenuhi kebutuhan di Tanjungpinang.
Dalam jangka pendek, kondisi ini memang dapat membantu ketersediaan pasokan, namun tidak jangka panjang.
Dalam jangka panjang akan membawa efek negatif ketergantungan terhadap pasokan dari luar sehingga rentan inflasi.
Apalagi, akses transportasi ke Tanjungpinang harus menggunakan transportasi laut yang lebih lama dan menyebabkan komoditas rentan busuk.
Belum lagi, cuaca ekstrem yang mengakibatkan gelombang tinggi sehingga kapal terpaksa menunda pelayaran.
Jika menggunakan pesawat, maka biaya akomodasi akan melejit dan memberatkan masyarakat.
Untuk mengatasi inflasi, Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin meminta Pemko Tanjungpinang mencanangkan program rumah tangga berkebun.
Melalui program ini, ibu-ibu rumah tangga akan diajarkan memanfaatkan pekarangan rumah untuk ditanami dengan tanaman yang rentan inflasi seperti bawang, cabai, dan tomat.
Sementara untuk sayuran bisa menggunakan metode bioflok yang menggunakan rekayasa lingkungan.
Kendati demikian, agar tidak memberatkan masyarakat, Pemko Tanjungpinang perlu memberikan bantuan bibit dan peralatan seperti polybag dan dan pipa PVC untuk hidroponik.
“Nantinya para ibu rumah tangga ini akan dibentuk menjadi satu komunitas untuk memudahkan pendampingan,” katanya.
Selain membentuk komunitas, Pemko Tanjungpinang melalui Disperindag juga perlu membangun gudang logistik.
Gudang logistik ini akan menyerap kelebihan panen perkebunan rumah tangga yang sewaktu-waktu digunakan untuk operasi pasar saat harga melejit.
“Gudang logistik ini harus serap kelebihan panen dan dibeli dengan harga yang layak, nantinya akan digunakan untuk operasi pasar,” ujarnya.
Wahyu optimis, program rumah tangga berkebun akan menjaga laju inflasi di Kota Tanjungpinang.
Selain itu, program ini juga akan menjadi tambahan penghasilan bagi rumah tangga.
“Selain inflasi terjaga, ini juga akan menambah penghasilan bagi rumah tangga bisa digunakan untuk menyekolahkan anak dan tabungan,” ucapnya.
Senada, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kesehatan Hewan (DKP2KH) Kepri, Rika Azmi mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam sayur, dan cabai.
“Di pekarangan rumah kita sendiri dapat kita manfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sayur untuk anak kita, seperti kangkung, toge, bayam dan cabai dapat kita peroleh sendiri dengan cara membudidayakan di rumah,” tambahnya.
Sementara itu, Gubernur Ansar mengatakan salah satu penyebab terbesar inflasi adalah volatile food yang salah satunya adalah cabai merah.
Saat ini untuk memenuhi kebutuhan cabai, masih harus bergantung dengan pengirim dari daerah lain.
“Karena cabai merah itu sulit dicari subtitusinya, untuk jangka pendek kita dorong supaya warga memanfaatkan pekarangan rumah menanam cabe, sehingga kebutuhan keluarga nantinya bisa terpenuhi,” katanya.
Langkah lain yang akan dilakukan Pemprov Kepri untuk mengatasi kebutuhan bahan pangan di dalam Kepri adalah dengan perluasan lahan tanam cabe dengan jumlah total 227 Hektar di seluruh Kepri.
Pada tahun 2023 akan dilakukan perluasan lahan dengan alokasi sementara yaitu Bintan 40 hektar, Kabupaten Karimun dan Kabupaten Lingga 20 hektar, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Natuna, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang 5 hektar.
Penulis: Nuel