
TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Ketua Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Tanjungpinang dan Bintan, Thamrin mengatakan, Tanjungpinang bakal mengalami defisit 16,5 ton daging sapi segar selama periode H-7 sampai H-1 Idul Fitri 1444 Hijriah.
Itu ia sampaikan saat ditemui di lapak dagangnya di Pasar Bintan Center, Kota Tanjungpinang, Kamis (23/3/2023).
“Lebaran tahun lalu, kebutuhan daging segar dari periode H-7 sampai H-1 Idul Fitri 1444 Hijriah itu 18 ton,” katanya.
Thamrin menuturkan, saat ini, daging sapi segar di Tanjungpinang hanya tersedia 1,5 ton. Jauh dari kata cukup untuk kebutuhan.
Stok sapi ini didatangkan dari Kabupaten Natuna, Anambas dan Pulau Bintan.
Thamrin menyampaikan, stok sapi segar akan semakin mengkhawatirkan menyusul kebijakan Pemkab Natuna yang menutup pengiriman sapi, sementara Natuna masih membatasi kuota pengiriman.
“Mereka sudah nutup sekarang, terakhir 15 hari yang lalu. Yang nutup total Natuna, kalau Anambas mungkin juga mereka mengantisipasi kebutuhan di wilayah mereka sendiri.,” ucapnya.
Thamrin menambahkan, jika jadi didatangkan, 600 sapi asal NTT tetap tidak akan mampu memenuhi kebutuhan saat Ramadan.
Setelah ditambah biaya operasional, harga sapi asal NTT per ekornya berkisar Rp18 juta, dengan daging bersih 60 kilo.
“Jadi saya jual berapa? Saya ambil keuntungan 10 persen aja, berarti per kilo nya Rp330 ribu. Sekarang aja Rp180 ribu per kilo, pelanggan sudah teriak,” tambahnya.
Ia pun berharap, pemerintah segera memberikan solusi agar kebutuhan daging sapi potong di Tanjungpinang terpenuhi.
Menurutnya, dibandingkan daging beku, masyarakat lebih menyukai daging sapi segar.
“Saya minta Pemko dan Pemprov beri diskresi, cari jalan keluarnya,” pungkasnya.
Diketahui, saat ini, daging sapi segar dibanderol Rp180 ribu per kilo, sementara daging sapi beku Rp130 ribu per kilo.
Penulis: Nuel