Pemerintah Bintan
Rapat sosialisasi mengenai pupuk bersubsidi antara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bintan bersama sejumlah kelompok tani. Foto IST

BINTAN,SIJORITODAY.com – – Para petani terus menjerit soal harga pupuk yang dijual di toko yang terlalu mahal. Alih-alih mendapatkan kuota pupuk subsidi dari pemerintah, ternyata alokasi yang disetujui tidak sesuai harapan.

Suara-suara sumbang dari para petani ini yang menjelaskan kondisi saat ini, bahwa para petani membutuhkan belas kasih dari pemerintah untuk menyalurkan pupuk bersubsidi sesuai dengan kebutuhan petani.

Tahun ini di Kabupaten Bintan, pupuk subsidi yang akan dibagi untuk para petani se-Kabupaten Bintan hanya disetujui sebanyak 185.210 ton. Sedangkan yang dibutuhkan petani berdasarkan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sebanyak 494.237 ton.

Ketua Kelompok Tani Holtri Utama Toapaya Erwanto menjelaskan selama ini masalah pupuk merupakan momok bagi para petani. Sebab, kebutuhan pupuk petani yang dituangkan dalam RDKK setiap tahunnya, tidak pernah sesuai dengan yang direalisasikan pemerintah.

Padahal, petani lebih memahami kebutuhan mereka sendiri agar pupuk yang digunakan bisa berimbas dengan hasil panen yang maksimal.

“Jadi kebutuhan petani soal pupuk itu sesuai dengan RDKK yang diusulkan, hanya saja tonase yang direalisasikan tidak pernah sesuai,” ungkapnya, Kamis (10/2).

Erwanto mengaku prihatin dengan kondisi para petani saat ini. Ditengah himpitan ekonomi, para petani tidak leluasa mengembangkan perkebunannya.

Ia menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanamannya, para petani terpaksa menebus pupuk non subsidi yang harganya sangat mahal. Erwanto menyebutkan harga pupuk urea saat ini berkisar Rp 535 ribu/zak, NPK Rp 720 ribu/zak.

“Kalau hasil panennya bisa dijual mahal memang tidak masalah, tetapi kan kondisinya petani kita tidak bisa menjual langsung melainkan lewat para pengepul. Jadi tidak imbang antara pengeluaran dan pendapatan,” terangnya menceritakan kondisi para petaninya.

Sehingga, dari kelompoknya sendiri kini banyak petani yang beralih menanam jagung. Menurutnya, jagung tidak memerlukan pupuk ekstra untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal.

Dirinya mengaku sempat berkoordinasi dengan pengawas pupuk bersubsidi terkait dengan alokasi pupuk yang tidak sesuai dengan RDKK petani. Jawabannya ternyata ringkas.

“Karena Bintan bukan sentra tanaman pangan, jadi alokasinya dialihkan kedaerah lain yang merupakan sentra pangan seperti padi, jagung dan kedelai,” kata dia.

Dia berharap, pemerintah bijak melihat masalah-masalah para petani kecil didaerah Bintan terutama berkaitan dengan pupuk. Erwanto menginginkan alokasi pupuk subsidi untuk petani disalurkan sesuai dengan kebutuhan petani.

Hingga berita ini dimuat, belum ada tanggapan dari Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bintan Khairul. (oxy)

Editor : Redaksi

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here