Ketua Komisi II DPRD Kepri
Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin saat berkunjung ke Sekretariat PKS DPR RI membahas labuh jangkar dan pusat pengelolaan ikan di Natuna.

TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Anggota Fraksi PKS, Wahyu Wahyudin resmi ditetapkan menjadi Ketua Komisi II DPRD Kepulauan Riau.

Usai ditetapkan, Wahyu pun membeberkan sejumlah kebijakan yang akan ia kawal hingga tahun 2024.

Seperti labuh jangkar dan kapal pelelangan ikan misalnya, mantan Anggota Komisi IV itu berjanji akan terus memperjuangkannya bersama Pemprov Kepri.

Wahyu menuturkan, sebagai daerah kepulauan yang didominasi laut, maka sudah sepatutnya laut atau perairan menjadi penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Selama ini kata Wahyu, PAD masih disumbang oleh daratan yang hanya 4 persen, pajak kendaraan bermotor pun masih bertengger di puncak PAD.

“Miris kita melihatnya, nama daerah kita saja Kepulauan Riau, tapi kita tak berdaya di laut,” katanya, Senin (28/3/2022).

Menurut Wahyu, labuh jangkar dan pusat pengelolaan ikan di Natuna harus dikelola Pemprov Kepri untuk meningkatkan PAD.

Segala upaya pun siap dijalankan termasuk lobi-lobi politik dengan menggandeng seluruh Fraksi DPRD Kepri.

“DPRD harus kompak suarakan keinginan rakyat,” ujarnya.

Soal pusat pengelolaan ikan, Wahyu ingin agar Pemprov Kepri mengusulkannya ke pusat dan merealisasikannya di tahun ini.

Pembangunan pusat pengelolaan ikan di Natuna penting agar nelayan bisa mengambil ikan hingga ke perbatasan Laut Natuna Utara.

Nelayan Lokal Harus Berdaya

Selama ini, aktivitas ilegal fishing marak terjadi akibat minimnya aktivitas nelayan lokal di perbatasan.

Langkah modernasi alat tangkap nelayan dan bantuan modal tanpa bunga kepada koperasi nelayan pun perlu dilakukan.

Wahyu optimis, laut Kepri yang 96 persen itu mampu mensejahterakan masyarakat dan mendukung pembangunan infrastruktur jika dikelola dengan baik.

“Jangan lah lagi kita membelakangi laut, kita tidak boleh melupakan sejarah kalau sejatinya kita ini pelaut,” tuturnya.

“Waktu kecil kita menyanyikan lagu ‘nenek moyangku seorang pelaut’. Di lagu itu kita diajak beramai-ramai ke laut bukan ke darat,” sambungnya.

Selain labuh jangkar dan pusat pengelolaan ikan, Wahyu juga meminta agar Pemprov kreatif mengelola potensi laut yang lain seperti pasir laut, tambang bauksit dan timah.

“Ini semua harus dikelola optimal untuk memajukan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

Penulis: Helen
Editor: Nuel

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here