Agusnawarman, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Kepulauan Riau. F:Sijoritoday.com/ Immanuel Patar Mangaraja Aruan

TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kepulauan Riau masih terkendala dengan sulitnya akses permodalan.

Kepala DiskopUKM Kepri, Agusnawarman mengatakan, sebenarnya banyak program bantuan modal yang dicanangkan pemerintah, namun masih sedikit pelaku UMKM yang mengetahui bantuan modal itu.

Minimnya informasi dan kurangnya niat menjadi faktor utama penyebab sedikitnya pelaku UMKM yang mendapat bantuan modal.

“Masih banyak pelaku UMKM yang belum mengetahui peluang-peluang bantuan modal itu,” katanya, Selasa (25/7/2023).

Pemerintah pusat sendiri ujar Agusnawarman, telah membuat program KUR atau kredit usaha rakyat.

Selain itu, Pemprov Kepri juga telah mencanangkan program bantuan modal margin nol persen yang sudah dimulai sejak tahun 2020.

Pojok UMKM di Kantor Pos Batu 3 Kota Tanjungpinang. F:Sijoritoday.com/istimewa

Dalam program margin nol persen, setiap pelaku UMKM dapat mengajukan pinjaman modal maksimal Rp20 juta dengan tenor 2 tahun.

“Pemprov Kepri telah menciptakan pelaku UMKM mendapat bantuan modal dengan bunga nol persen di Bank Riau Kepri. Jangan tak diambil peluangnya,” ujarnya.

Agusnawarman menerangkan, selain modal, sulitnya akses pasar juga masih menjadi momok dalam pengembangan UMKM di Kepri.

Untuk mengatasi itu, DiskopUKM telah bermitra dengan BUMN untuk membuat Pojok UMKM sebagai media promosi produk UMKM.

DiskopUKM juga telah mendorong kabupaten/kota untuk memasukkan produk-produk UMKM untuk dijajakan di ritel.

Selain itu, DiskopUKM juga gencar memberikan pelatihan pemasaran produk melalui e-commerce dan media sosial kepada pelaku UMKM.

“Kita juga buka pojok UMKM, insyallah akan kita pikirkan produk UMKM kita pasarkan bersama. Dekati Dinas koperasi kabupaten/kota karena mereka ada program memasukkan produk UMKM ke ritel,” terangnya.

Agusnawarman menambahkan, pengembangan UMKM juga terkendala dengan kemasan produk yang belum sesuai pasar.

Rendahnya kualitas kemasan produk ini menyebabkan produk UMKM menembus pasar internasional, ritel, restoran dan hotel.

Untuk membuat kemasan, pelaku UMKM masih harus pergi ke luar daerah seperti Bandung, Jakarta, dan Lampung.

DiskopUKM Kepri pun tengah mengupayakan pengadaan rumah kemasan untuk membantu penyediaan kemasan bagi pelaku UMKM di Kepri.

“Mereka banyak yang buat kemasan secara mandiri di luar daerah, ini yang sedang kita upayakan pendirian rumah kemasan,” tambahnya.

Penulis: Nuel

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here