TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DiskopUKM) Kepulauan Riau melaporkan bahwa pelaku UMKM di Kepri didominasi oleh perempuan.
Kepala Bidang Pengembangan UMKM, Endang Suhara mengatakan, sekitar 90 persen pelaku UMKM khususnya mikro adalah perempuan.
Pelaku UMKM perempuan ini sebagian besar bergerak di sektor kuliner, fashion dan kriya atau kerajinan.
“Sektor kuliner diminati oleh kaum perempuan karena memang kaum perempuan banyak yang hobi masak atau bikin kue,” katanya, Kamis (27/7/2023).
Endang menerangkan, tren pelaku UMKM perempuan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Berdasarkan data DPM-PTSP Kepri, pada masa pandemi Covid-19 jumlah pelaku UMKM perempuan hanya 9.000 orang, meningkat drastis pada April 2023 yang mencapai 48.000 orang.
“Dari data PTSP ada tren peningkatan, sebagai contoh di masa pandemi UMKM yang terdata di sistem online sebanyak 9.000 sedangkan April 2023 sebanyak 48.000. Berarti mengalami peningkatan signifikan,” terangnya.
Endang menuturkan, banyaknya pelaku UMKM menjadi penanda semakin membaiknya ketahanan ekonomi keluarga di Kepri.
Ini terbukti saat pandemi Covid-19, saat itu perekonomian memburuk, namun pelaku UMKM berhasil bertahan.
“Pelaku UMKM perempuan adalah penopang ekonomi keluarga, baik penghasilan pendukung suami atau penghasilan inti,” tuturnya.
Endang menambahkan, pengembangan UMKM di Kepri masih terkendala dengan akses modal dan pasar yang sulit.
Selain itu, pelaku UMKM juga masih kesulitan membuat kemasan yang menarik sesuai standar restoran atau ekspor.
“Secara umum pelaku UMKM kesulitan akses modal, pemasaran, dan mutu produk,” tambahnya.
Ketua Komisi II DPRD Kepri, Wahyu Wahyudin meminta DiskopUKM membuat program khusus untuk mengembangkan pelaku UMKM perempuan.
Ia ingin ada pelatihan kemasan, produk dan akses modal khusus kepada pelaku UMKM perempuan.
Menurutnya, dengan program khusus, perempuan akan semakin berdaya dan tidak rentan menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Perempuan kerap kali menjadi korban kekerasan oleh suami akibat lemahnya ekonomi keluarga.
“Berikan program khusus, mulai dari pelatihan hingga akses modal. Semakin perempuan berdaya maka semakin terhindar dari kekerasan,” tambahnya.
Penulis: Nuel