Dialog Sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) dengan tema Pengelolaan Hutan Lestari dan Indonesia,s FOLU Net Sink 2023, Selasa (14/5/2024). F:Sijoritoday.com/Superleni

PEKANBARU,SIJORITODAY.com – Universitas Lancang Kuning Riau (Unilak) menggelar dialog kebijakan terbaru Sertifikasi Forest Stewardship Council (FSC) dengan tema Pengelolaan Hutan Lestari dan Indonesia,s FOLU Net Sink 2023, Selasa (14/5/2024).

Rektor Unilak, Junaidi mengatakan, dialog bekerjasama dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia dan Fakultas Kehutanan dan Sains Unilak. Narasumber yang dihadirkan yakni, Techinal Director FSC Indonesia, Hartono Prabowo.

Menurut Junaidi, dialog merupakan bukti kecintaan pada hutan. Apa yang dilakukan pemerintah, swasta, pengusaha kehutanan pada prinsipnya untuk mengelola hutan secara keberlanjutan. Ada aspek ekonomis, sosial yang harus dikelola.

“Dalam kajian kami di kampus menjadi ini menjadi isu tren, tentang konsep keberlanjutan, persoalan lingkungan hari ini tidak lagi dilihat dari sisi lingkugan saja, tapi multi aspek, harapan kita hutan ini memberikan dampak kebaikan bagi masyarakat, alam tetap lestari. Perlu kita sosialisasikan kepada masyarakat, NGO, LSM, aparat desa, dan pemda. Kami mendorong kolaborasi kampus dan pihak-pihak mengangkat kebijakan sertifikasi FSC,” katanya.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Riau, M Job Kurniawan diperoleh pengetahuan dan manfaat dari kebijakan sertifikasi FSC.

Selain itu pemangku kepentingan terwujudnya pengelolan hutan lestari di Riau khususnya dan Indonesia umunnya.

“Kebijakan sertifikasi FSC ini akan berdampak pembangunan daerah, msayarakat harus bersama-sama sejahtera, perusahan berjalan baik, hutan lestari. Mudah-mudahan ini bisa sejalan telaksananya. Kami yakin APHI memikirkan hal ini, Pemda Riau memiliki komitmen untuk perbaiki kinerja perbaikan pengelolaan hutan untuk sumber daya alam lebih luas bagi seluruh masyarakat Riau,” ujar M Job.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Purwadi Soeprihanto menambahkan, APHI menyampaikan penghargaan kepada mitra dan para pihak yang telah hadir dalam sosialisasi kebijakan terbaru sosialiasasi FSC.

Ia berharap hasil yang diperoleh dari dilaog FC ini dapat menjadi langkah baik kehutanan bagi masa depan.

“Hari ini tidak ada isu-isu global dan nasional yang sedemikian besar menyedot perhatian selain isu-isu perubahan iklim, kenapa? karena perubahan iklim akan berdampak dan membawa perubahan besar dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah Indonesia melalui Folu Sink 2030, dengan tegas menyampaikan target 2030 menurunkan emisi sampai minus 100 juta ton ekuifalen,” ujar Purwadi.

Menurutnya, perlu upaya-upaya mitigasi, dilapangan untuk menurunkan emisi. Satu di antara upaya yang menjadi perhatian pemerintah adalah melalui penaman/rehabilitasi area, baik di dalam kawasan maupun di luar kawasan.

“Perluasan hutan harus diperluas,” tandasnya.

Penulis: Superleni
Editor: Nuel

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here