TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kepulauan Riau mencatat Kepri mengalami inflasi sebesar 2,53 persen secara YoY pada September 2024.
Jika dilihat secara month-on-month (m-o-m), inflasi Kepri pada September 2024 juga menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,14 persen dibandingkan dengan Agustus 2024, yang menandakan kestabilan harga yang terjaga dari bulan ke bulan.
Berdasarkan rincian data, Kota Batam menjadi daerah dengan tingkat inflasi tahunan tertinggi pada September 2024, mencapai 2,76 persen secara YoY.
Inflasi bulanan di Batam juga cukup stabil dengan kenaikan 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan bahwa permintaan barang dan jasa di kota ini masih dalam kendali.
Adapun IHK (Indeks Harga Konsumen) Batam berada di angka 106,66, yang menunjukkan daya beli masyarakat yang cukup baik.
Di sisi lain, Kota Tanjungpinang justru mengalami penurunan harga pada bulan September dengan inflasi bulanan sebesar -0,05 persen, menempatkan tingkat inflasi tahunan kota ini pada posisi 1,36 persen YoY.
Nilai IHK di Tanjungpinang sendiri tercatat sebesar 104,74, lebih rendah dibandingkan Batam, mencerminkan dinamika ekonomi yang berbeda antara kedua kota utama di Kepri ini.
Sementara itu, Kabupaten Karimun juga menunjukkan tren inflasi yang stabil dengan inflasi bulanan sebesar 0,02 persen dan tahunan sebesar 2,04 persen.
Dengan IHK yang berada di posisi 105,50, Karimun menampilkan pola perkembangan harga yang relatif stabil, menunjukkan bahwa kebijakan distribusi bahan pokok di wilayah ini cukup efektif.
Inflasi tahunan sebesar 2,53 persen ini dipengaruhi oleh beberapa kelompok pengeluaran utama yang mengalami kenaikan harga, terutama pada kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mencatat inflasi tertinggi sebesar 3,46 persen YoY.
Kenaikan harga beras yang mencapai 8,05 persen serta peningkatan harga cabai merah sebesar 2,51 persen menjadi kontributor utama pada kelompok ini.
Namun, beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai hijau justru mengalami deflasi, mencerminkan kondisi pasokan yang lebih baik dibandingkan komoditas lainnya.
Sektor transportasi juga memberikan pengaruh signifikan terhadap inflasi umum dengan kenaikan sebesar 3,39 persen YoY didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara yang mencapai 11,58 persen dan memberikan andil sebesar 0,18 persen pada inflasi keseluruhan.
Di sisi lain, kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya mencatat inflasi tertinggi kedua setelah kelompok makanan, dengan kenaikan harga sebesar 7,5 persen YoY.
Produk-produk perawatan pribadi seperti kosmetik, serta tarif jasa kecantikan, menjadi pendorong utama inflasi di kelompok ini, yang mencerminkan peningkatan permintaan akan produk-produk non-esensial di kalangan masyarakat Kepri.
Namun, tidak semua sektor mengalami kenaikan harga. Kelompok Pendidikan, misalnya, justru mencatatkan deflasi sebesar -1,92 persen, dipengaruhi oleh penurunan biaya pendidikan dan perlengkapan sekolah yang cukup signifikan.
Di luar sektor-sektor tersebut, beberapa komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap inflasi bulan September antara lain adalah emas perhiasan, yang mengalami lonjakan harga hingga 37,45 persen dan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,39 persen.
Beras yang terus menunjukkan tren kenaikan stabil menyumbang 0,24 persen, sementara tarif parkir yang mengalami kenaikan hingga 85,08 persen menambah tekanan inflasi sebesar 0,18 persen.
Sebaliknya, komoditas seperti cabai merah dan bawang merah justru memberikan andil deflasi, masing-masing sebesar -0,13 persen dan -0,02 persen, seiring dengan pasokan yang melimpah di pasar.
“Ini capaian positif dalam pengendalian inflasi di yang berhasil tetap terkendali dan berada dalam rentang target inflasi nasional, menunjukkan stabilitas ekonomi yang baik,” kata Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati.
Sekretaris Daerah Kepri, Adi Prihantara menyampaikan apresiasinya atas kerja keras berbagai pihak dalam mengelola inflasi di provinsi ini.
Menurutnya, keberhasilan ini mencerminkan koordinasi yang baik antara pemerintah pusat dan daerah serta pemangku kepentingan lainnya.
“Keberhasilan ini adalah bukti komitmen kita bersama dalam menjaga kestabilan harga dan memastikan daya beli masyarakat tetap terjaga,” pungkasnya. (*)
Editor: Nuel