Petani daun sop sekaligus Kades Toapaya Utara, Sayet saat memperlihatkan kebun daun sopnya dekat Desa Toapaya Utara, Kamis (3/2) pagi. Foto Btn

BINTAN,SIJORITODAY.com – – Bertani di masa pandemi menjadi pilihan yang tepat, karena hasil dari pertanian menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Peluang ini yang berhasil ditangkap oleh Sayet.

Diluar kesibukan sehari-hari sebagai Kepala Desa (Kades) Toapaya Utara, Sayet selalu meluangkan waktu untuk merawat tanaman daun seledri atau daun sop. Berbekal lahan seluas 1.000 meter² dekat rumahnya, Sayet berhasil meraup cuan (untung).

Diatas lahan tandus yang berhasil disulapnya menjadi ladang uang, Sayet bisa meraup cuan hingga Rp 30 juta setiap bulannya. Mengingat harga daun sop sendiri relatif stabil antara Rp 25 hingga Rp 35 ribu/kilogramnya. Kebutuhan pasar yang terbuka lebar, tak menyulitkan Sayet untuk menjual hasil panennya.

“Sebelum ke kantor dan pulang dari kantor, inilah pekerjaan saya sebagai petani,” ungkap Sayet dikebunnya, Kamis (3/2).

Ia menyebutkan, ada 32 bedengan yang semuanya berisi tanaman daun sop. Setiap 1 bedengan, Sayet memperkirakan hasil panennya bisa diatas 10 Kg. “Dengan harga daun sop saat ini, setiap hari saya bisa panen Rp 1 juta,” kata Sayet.

Selama bercocok tanam sejak Agustus 2021 silam, Sayet mengaku kini dirinya tinggal menikmati hasilnya. Daun sop kata Sayet, bisa dipanen berkali-kali dengan rentan waktu satu Minggu satu kali panen.

“Setiap tiga kali panen baru saya kasih pupuk, agar panen selanjutnya bisa panen maksimal lagi,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, tanaman daun sop tidak begitu rumit. Selagi pupuk (pupuk kandang) mencukupi dan kebutuhan air terpenuhi, daun sop bisa tumbuh maksimal. Lantas, bagaimana dengan kondisi cuaca yang kering, Sayet mengaku cuaca kering tak mempengaruhi tanaman daun seledri.

“Justru lebih bagus asal airnya mencukupi, sehari cukup siram 2 kali saja,” katanya.

Soal hama dan kendala dalam menanam daun sop, Sayet menyatakan, hanya satu kendalanya. “Kalau busuk batang saja, kalau hama tidak ada. Busuk batang memang belum ada obatnya hingga saat ini,” terangnya.

Sebelum menanam daun sop, Sayet juga sempat berkebun nanas. Kini, dirinya beralih ke tanaman holti karena cuannya luar biasa. “Kalau mau lebaran dan hari besar, harganya bisa Rp 50 ribu/Kg,” sebutnya.

Keahliannya dibidang pertanian dan kini jabatannya sebagai kades, Sayet berencana akan menggerakkan sektor pertaniannya di desanya dengan membuat kegiatan padat karya tunai desa (PKTD) di sektor pertanian.

Sayet berharap, desanya bisa terkenal dengan sektor pertaniannya kedepannya. Ia akan berusaha terus mendorong pertanian di desanya agar masyarakat Desa Toapaya Utara bisa mandiri. (Btn)

Editor : Redaksi

Print Friendly, PDF & Email

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here