TANJUNGPINANG,SIJORITODAY.com – Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Kepulauan Riau meminta pemerintah memulihkan trauma anak-anak Rempang yang terkena gas air mata pada 7 September 2023.
Ketua I LAM Kepri, Atmadinata mengatakan, pendampingan psikolog dibutuhkan untuk memulihkan anak-anak yang duduk di sekolah dasar itu.
“Mereka harus didampingi oleh psikolog karena dalam keadaan trauma supaya mereka sehat,” katanya, Jum’at (15/9/2023).
Dilansir dari Antara, bentrok itu terjadi saat proses pengukuran untuk pengembangan kawasan tersebut oleh BP Batam.
Keributan dipicu karena warga masih belum setuju dengan pengembangan kawasan tersebut yang merupakan kampung adat masyarakat Melayu.
Akibat keributan tersebut, petugas terpaksa menembakkan gas air mata karena situasi yang tidak kondusif.
Antara melaporkan beberapa siswa sekolah dibawa ke rumah sakit akibat terkena gas air mata yang terbawa angin. Lokasi anak-anak itu tidak jauh dari titik keributan.
“Ada belasan siswa yang saya tahu dibawa oleh ambulans ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Gas air mata itu tadi terbawa angin, karena ribut dekat dari sekolah kami,” ujar Kepala SMPN 22 Muhammad Nazib.
Sementara itu, Mabes Polri menyatakan penggunaan gas air mata oleh petugas saat bentrok di Pulau Rempang, Batam, sudah sesuai prosedur.
Karo Penmas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan menilai tak ada lagi yang perlu dievaluasi.
“Apa yang dievaluasi? Jadi beberapa informasi yang viral itu tidak benar,” kata Ramadhan saat ditanya soal penggunaan gas air mata Rempang dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (8/9/2023).
Senada, Kabid Humas Polda Kepulauan Riau Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan pihaknya sudah sesuai aturan saat melontarkan gas air mata ke arah massa.
“Gas air mata sudah sesuai prosedur karena mereka lempar batu,” kata Zahwani saat dihubungi, Kamis (7/9/2023).
Dia membantah pihaknya mengarahkan gas air mata ke anak sekolah. Ia menyebut gas air mata yang mengenai sejumlah anak sekolah itu lantaran lokasi bentrokan yang berdekatan dengan sekolah.
“Sekolah berbatasan dengan tempat mereka berkumpul. Engak mungkin gas air mata diarahkan ke sekolah,” ujarnya.
“Gas (air mata) dialihkan ke kerumunan tapi tertiup angin,” kata Zahwani.
Penulis: Nuel